Kesehatan MentalPsikologi

9 Alasan Kenapa Kamu Gampang Baper Saat Dikritik

×

9 Alasan Kenapa Kamu Gampang Baper Saat Dikritik

Sebarkan artikel ini
9 Alasan Kenapa Kamu Gampang Baper Saat Dikritik
9 Alasan Kenapa Kamu Gampang Baper Saat Dikritik (www.freepik.com)

data-sourcepos=”5:1-5:504″>case.web.id – Pernahkah kamu merasa sulit sekali menerima masukan, apalagi jika itu berupa kritikan? Mungkin kamu langsung merasa defensif, marah, atau bahkan ingin menghindar. Tenang, kamu tidak sendirian. Menurut psikolog, kesulitan menerima kritik bukan semata-mata karena keras kepala. Ada berbagai alasan psikologis yang mendasarinya, dan memahaminya bisa membantumu (dan orang lain) untuk lebih terbuka terhadap umpan balik. Yuk, kita telaah sembilan alasan utama mengapa seseorang mungkin sulit menerima kritik.

1. Ego yang Terlalu Sensitif: Kritikan Sebagai Serangan Pribadi

Salah satu alasan paling umum mengapa orang sulit menerima kritik adalah karena ego mereka yang terlalu sensitif. Ketika seseorang memberikan kritik, terutama yang terasa personal, otak kita secara otomatis mengartikannya sebagai ancaman terhadap harga diri. Ini memicu respons defensif sebagai mekanisme perlindungan diri. Bayangkan saja, kamu sudah berusaha keras mengerjakan sesuatu, lalu tiba-tiba ada yang menunjuk kekuranganmu. Rasanya seperti ada yang menyerang identitasmu, bukan hanya hasil kerjamu.

2. Ketakutan Akan Kegagalan dan Penolakan

Kritik sering kali diasosiasikan dengan kegagalan. Menerima kritik bisa berarti mengakui bahwa ada sesuatu yang kurang atau tidak sempurna dalam diri kita atau pekerjaan kita. Bagi sebagian orang, ini memicu ketakutan yang mendalam akan kegagalan dan penolakan. Mereka khawatir bahwa kritik tersebut akan membuat orang lain memandang mereka lebih rendah atau bahkan menolak mereka. Padahal, kritik yang membangun justru bertujuan untuk membantu kita berkembang, bukan menjatuhkan.

3. Harga Diri yang Rendah: Memperkuat Keyakinan Negatif

Orang dengan harga diri yang rendah cenderung lebih sulit menerima kritik karena kritik tersebut seolah-olah memvalidasi keyakinan negatif yang sudah mereka miliki tentang diri mereka sendiri. Mereka mungkin berpikir, “Tuh kan, benar apa kataku, aku memang tidak cukup baik.” Alih-alih melihat kritik sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, mereka justru menggunakannya sebagai bahan bakar untuk memperkuat citra diri yang negatif.

Baca Juga :  Self-Reward, Wajib Menghargai Diri Sendiri Setiap Hari

4. Pengalaman Masa Lalu yang Traumatis dengan Kritik

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan terkait kritik juga bisa menjadi penghalang besar. Jika seseorang pernah menerima kritik yang disampaikan dengan kasar, tidak adil, atau bahkan merendahkan, mereka mungkin akan mengembangkan trauma atau respons negatif terhadap segala bentuk kritik di masa depan. Otak mereka akan secara otomatis mengasosiasikan kritik dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan, sehingga memicu penolakan.

5. Kurangnya Kepercayaan pada Sumber Kritik

Kepercayaan memegang peranan penting dalam penerimaan kritik. Jika seseorang tidak mempercayai atau menghargai orang yang memberikan kritik, mereka cenderung akan mengabaikan atau menolak masukan tersebut. Mereka mungkin meragukan kompetensi, motivasi, atau bahkan niat baik si pemberi kritik. Sebaliknya, kritik dari orang yang kita hormati dan percayai akan lebih mudah diterima dan dipertimbangkan.

6. Salah Paham atau Interpretasi yang Keliru

Terkadang, kesulitan menerima kritik bukan karena masalah internal, melainkan karena adanya kesalahpahaman dalam komunikasi. Kritik yang disampaikan dengan tidak jelas, ambigu, atau tanpa konteks yang memadai bisa diinterpretasikan secara keliru oleh penerima. Mereka mungkin merasa diserang atau tidak dipahami, padahal maksud si pemberi kritik sebenarnya baik. Komunikasi yang efektif dan transparan sangat penting untuk menghindari hal ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *