Gaya HidupParenting

Dulu Kita Benci, Sekarang Kita Lakukan ke Anak Sendiri!

×

Dulu Kita Benci, Sekarang Kita Lakukan ke Anak Sendiri!

Sebarkan artikel ini
Dulu Kita Benci, Sekarang Kita Lakukan ke Anak Sendiri!
Dulu Kita Benci, Sekarang Kita Lakukan ke Anak Sendiri! (www.freepik.com)

data-sourcepos=”5:1-5:443″>case.web.id – Siapa sangka, aturan aneh orang tua yang dulu sering kita anggap menyebalkan dan tidak masuk akal, kini justru tanpa sadar kita terapkan pada anak-anak kita sendiri? Fenomena ini mungkin terdengar lucu, namun menyimpan banyak pelajaran tentang bagaimana nilai dan pengalaman masa kecil membentuk pola asuh kita di masa dewasa. Mari kita telaah 10 aturan “ajaib” dari orang tua kita yang dulu kita benci, tapi sekarang justru kita wariskan.

1. “Jangan Duduk Terlalu Dekat dengan TV, Nanti Matanya Rusak!”

Dulu, teriakan ini mungkin jadi backsound sehari-hari saat kita asyik menonton kartun favorit. Kita seringkali menganggapnya lebay atau sekadar cara orang tua mengontrol waktu menonton kita. Namun, kini, tanpa dikomando, kita otomatis mengingatkan anak-anak untuk menjaga jarak aman dari layar televisi atau gadget. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa paparan layar yang terlalu dekat dan dalam waktu lama memang dapat menyebabkan masalah pada mata anak-anak yang masih berkembang. Mungkin, insting orang tua memang benar adanya.

2. “Habiskan Sayurnya! Kalau Nggak, Nggak Boleh Keluar Rumah!”

Masa-masa penuh drama di meja makan karena harus menghabiskan brokoli atau bayam mungkin jadi kenangan yang kurang menyenangkan. Kita merasa dipaksa dan tidak punya pilihan. Anehnya, sekarang kita melakukan hal yang sama pada anak-anak kita. Kita tahu betul betapa pentingnya nutrisi dari sayuran untuk tumbuh kembang mereka, dan sedikit “paksaan” mungkin diperlukan. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah pada anak-anak di Indonesia masih rendah, sehingga wajar jika kita sebagai orang tua merasa perlu menekankan pentingnya makanan sehat.

Baca Juga :  Olahraga Sia-Sia, Jika 5 Kebiasaan Ini Masih Kamu Lakukan

3. “Jangan Berisik! Tetangga Lagi Istirahat!”

Sebagai anak-anak yang penuh energi, larangan untuk tidak berisik seringkali terasa mengekang kebebasan kita. Namun, kini, ketika anak-anak kita bermain dengan riuh di dalam rumah, kita tanpa sadar mengeluarkan kalimat serupa. Kita jadi lebih memahami pentingnya menghargai ketenangan orang lain, terutama tetangga yang mungkin memiliki jadwal istirahat yang berbeda. Empati yang dulu belum sepenuhnya kita pahami, kini tumbuh seiring bertambahnya usia dan tanggung jawab.

4. “Jangan Boros Air! Ingat Bayar Tagihan!”

Saat kita kecil, mungkin kita tidak terlalu memikirkan soal biaya atau sumber daya. Membiarkan keran air menyala saat menggosok gigi atau mandi terlalu lama adalah hal yang biasa. Namun, kini, kita menjadi lebih sadar akan pentingnya menghemat air dan sumber daya alam lainnya. Kita mengajarkan anak-anak untuk menggunakan air dengan bijak, bukan hanya karena alasan ekonomi, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Tren isu lingkungan yang semakin menguat juga mendorong kita untuk menanamkan nilai ini sejak dini.

5. “Kalau Jatuh Jangan Langsung Nangis, Coba Bangun Sendiri Dulu!”

Dulu, mungkin kita merasa orang tua kita kurang perhatian saat kita terjatuh dan mereka tidak langsung menghampiri. Namun, kini, kita menyadari bahwa aturan ini mengajarkan kita tentang kemandirian dan ketahanan. Kita ingin anak-anak kita belajar untuk mengatasi kesulitan kecil dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Psikolog anak juga menekankan pentingnya memberikan kesempatan pada anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, tentu saja dengan pengawasan yang tepat.

6. “Jangan Suka Menyela Pembicaraan Orang Tua!”

Sebagai anak-anak, rasa ingin tahu dan keinginan untuk ikut berbicara seringkali tak tertahankan. Namun, kita selalu diingatkan untuk tidak menyela pembicaraan orang dewasa. Aturan ini, yang dulu terasa menjengkelkan, kini kita terapkan pada anak-anak kita sebagai bentuk mengajarkan sopan santun dan menghargai orang lain. Kemampuan mendengarkan dan menghormati lawan bicara adalah keterampilan sosial yang sangat penting untuk perkembangan anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *