data-sourcepos=”5:1-5:530″>case.web.id – Generasi Z memang punya cara sendiri dalam menjalani hidup, termasuk soal urusan finansial. Kalau dulu hemat identik dengan menyimpan uang di celengan ayam atau mengurangi jajan, kini Gen Z punya taktik anti-mainstream yang mungkin bikin orang tua kita garuk-garuk kepala. Tapi jangan salah, kebiasaan hemat anak muda zaman sekarang ini justru terbukti efektif dan relevan dengan kondisi ekonomi digital saat ini. Penasaran apa saja? Yuk, kita intip 5 kebiasaan hemat Gen Z yang mungkin belum terpikirkan oleh generasi sebelumnya!
1. “Subscription Detox”: Selamat Tinggal Langganan yang Tak Terpakai
Di era serba digital ini, godaan untuk berlangganan berbagai macam layanan memang besar. Mulai dari streaming film, musik, aplikasi edit foto, hingga layanan cloud storage, semuanya menawarkan kemudahan dan fitur menarik. Namun, Gen Z punya jurus jitu untuk mengatasi jebakan pengeluaran bulanan ini: “Subscription Detox”. Mereka sangat selektif dalam memilih layanan berlangganan dan tak ragu untuk berhenti jika memang tidak terlalu dibutuhkan.
Bayangkan saja, berapa banyak uang yang bisa dihemat jika kita berhenti berlangganan dua atau tiga layanan yang jarang dipakai? Gen Z paham betul bahwa pengeluaran kecil yang rutin jika ditotal bisa menjadi angka yang cukup besar. Mereka lebih memilih untuk menggunakan uang tersebut untuk hal lain yang lebih prioritas, seperti investasi atau tabungan masa depan. Kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tapi dampaknya signifikan dalam mengelola keuangan.
2. “Secondhand is the New Black”: Bangga Memakai Barang Bekas Berkualitas
Dulu, memakai barang bekas mungkin dianggap kurang keren atau bahkan memalukan. Tapi pandangan ini berbalik 180 derajat di kalangan Gen Z. Bagi mereka, “thrifting” atau berburu barang bekas berkualitas justru menjadi tren gaya hidup yang digandrungi. Selain harganya yang jauh lebih murah, membeli barang bekas juga dianggap sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan karena mengurangi limbah tekstil.
Mulai dari pakaian, sepatu, tas, hingga perabotan rumah tangga, Gen Z tidak malu untuk mencari barang incaran mereka di toko-toko thrifting atau platform jual beli online. Mereka punya keahlian khusus dalam menemukan barang-barang unik dan berkualitas dengan harga miring. Kebiasaan ini tidak hanya menghemat pengeluaran, tapi juga menunjukkan kreativitas dan kesadaran mereka terhadap isu keberlanjutan. Data menunjukkan bahwa pasar barang bekas terus mengalami pertumbuhan yang signifikan, dan Gen Z menjadi salah satu penggerak utamanya.
3. “DIY Everything” Movement: Lebih Kreatif, Lebih Hemat
Generasi Z tumbuh di era internet, di mana segala informasi dan tutorial bisa diakses dengan mudah. Hal ini mendorong mereka untuk lebih mandiri dan kreatif dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alih-alih membeli barang baru, banyak dari mereka yang memilih untuk membuat sendiri (Do It Yourself atau DIY).
Mulai dari membuat dekorasi rumah, merakit furnitur sederhana, hingga membuat produk perawatan tubuh alami, Gen Z punya segudang ide kreatif untuk menghemat pengeluaran. Mereka memanfaatkan platform seperti YouTube, TikTok, dan Pinterest untuk mencari inspirasi dan tutorial. Selain menghemat uang, kebiasaan DIY ini juga memberikan kepuasan tersendiri karena mereka bisa menghasilkan barang yang unik dan sesuai dengan selera pribadi. Tren ini juga didukung oleh meningkatnya kesadaran akan gaya hidup minimalis dan keinginan untuk mengurangi konsumsi berlebihan.
4. “Cash is King (Again)”: Kembali ke Cara Lama untuk Kontrol Pengeluaran
Di tengah kemudahan transaksi digital, ada sebagian Gen Z yang justru kembali mengadopsi cara lama dalam mengelola keuangan: menggunakan uang tunai. Mungkin terdengar aneh, tapi metode ini terbukti efektif untuk mengontrol pengeluaran. Dengan memegang uang fisik, mereka jadi lebih sadar akan berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan dan berapa sisa uang yang dimiliki.
Beberapa dari mereka bahkan menerapkan sistem amplop, di mana mereka membagi uang tunai ke dalam beberapa amplop sesuai dengan kategori pengeluaran (misalnya, makan, transportasi, hiburan). Jika uang di amplop hiburan sudah habis, berarti mereka harus menahan diri untuk tidak mengeluarkan uang lagi untuk keperluan tersebut. Metode ini membantu mereka untuk lebih disiplin dalam mengatur anggaran dan menghindari pengeluaran impulsif yang sering terjadi saat menggunakan kartu atau dompet digital.